Cari Blog Ini

Minggu, 25 Desember 2022

Punakawan

Kita hanyalah "Anak Wayang" yang memainkan lakon yang sudah ditakdirkan "Sang Dalang".

Selasa, 06 April 2021

Ngaji Ratu - Ratu Adil : Siapa Sejatinya Ratu Adil 2021 / 2024


  Judul Buku : Ngaji Deling Ratu Adil

Penulis : Alex Palit
Jumlah Halaman : 100 
Ukuran Buku : 14 x 20 cm
Cetakan I : April 2021
Penerbit : Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara
ISBN : 9786239302559
Harga : IDR 170 k 
+ Bonus gantungan kunci "Pring Jalu"
Pemesanan langsung WA 082298277057 (Alex Palit)

Ngaji Deling - Ratu Adil : Siapa Sejatinya Ratu Adil


 Judul Buku : Ngaji Deling Ratu Adil
Penulis : Alex Palit
Jumlah Halaman : 100 
Ukuran Buku : 14 x 20 cm
Cetakan I : April 2021
Penerbit : Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara
ISBN : 9786239302559
Harga : IDR 170 k 
+ Bonus gantungan kunci "Pring Jalu"
Pemesanan langsung WA 082298277057 (Alex Palit)

Ngaji Deling - Ratu Adil : Kekuasaan Itu Universum



Dikatakan universum, dalam artian bahwa kekuasaan tidak lepas atau tidak bisa dipisahkan campur tangan dimensi alam semesta atau kosmologi. Sehingga menjadikan bahwa kekuasaan itu hadir sebagai sesuatu yang sakral.

Sebagaimana ditemui dalam budaya masyarakat Jawa, kekuasaan itu tidak sekedar sebagai sebuah legitimasi politis, di dalamnya juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, yang berasal dari “dunia Atas”.

Kekuasaan dalam ajaran budaya Jawa mengandung dimensi metafisis yang terpancar dari energi kekuatan-kekuatan alam atau kosmos. Begitu halnya kekuasaan yang ada dalam diri seorang pemimpin tak lepas dari semua itu.

Secara konseptual, kekuasaan yang tertera dalam ajaran budaya Jawa berbeda dengan yang dipaparkan teori-teori Barat atau teori kekuasaan yang diperkenalkan Machiavelli.

Kekuasaan dalam budaya Jawa adalah manifestasi universum. 

Ia akan bersemayam pada orang-orang terpilih yang mendapat “wahyu” dan memiliki daya “linuwih”, maka terjunjung derajatnya untuk menyandang posisi pemimpin.

Di mana manifestasi “junjung derajat” itu sendiri merupakan perwujudan diangkatnya derajat seseorang di hadapan Sang Maha Kuasa, sekaligus terjunjungnya status sosialnya sebagai seorang pemimpin bertugas mengembang titah amanah yang diberikan kepadanya.

Termasuk adanya kepercayaan bilamana penerima “wahyu” ini dalam kepemimpinannya menyalahgunakan kekuasaannya, bertindak sewenang-wenang, berperilaku tidak adil, mandat itu akan ditarik kembali. Wahyu yang diterimanya akan hengkang me-ninggalkan dirinya, sebagaimana ditemui dalam kisah dunia pe-wayangan “Petruk Dadi Ratu”.

Itulah hukum alam.

Ngaji Deling - Ratu Adil


Benarkah bayang-bayang “Ratu Adil” sebagaimana digambar-kan di teks ramalan Jangka Jayabaya, Serat Kalatida Ranggawarsita, Uga Wangsit Siliwangi dan Serat Darmogandul Sabdo Palon, tak lebih hanyalah sebuah mitos, khayalan, fiksi, fiktif, atau pada akhirnya merupakan fakta?

Walau semua itu usianya sudah ratusan tahun lalu, tapi apa yang tertulis di teks ramalan tersebut hingga kini tak lekang oleh zaman, tetap hidup, tetap menjadi perbincangan tak ada habisnya, yang selalu menyeruak di mana “pada suatu masa” ditenggarai meng-alami gonjang-ganjing yang disebut sebagai zaman edan.

Adalah sebuah keniscayaan, manakala “pada suatu masa” yang ditenggarai mengalami krisis amenangi zaman edan, bila kemudian rakyat merindukan amenangi zaman Ratu Adil, datangnya pemimpin adil yang diharapkan membawa perubahan kehidupan lebih baik, keluar dari kemelut yang ada.

Kekuasaan itu universum, dalam artian bahwa kekuasaan tidak lepas campur tangan dimensi alam semesta atau kosmologi. Ia hadir tidak sekedar sebagai sebuah legitimasi politis, di dalamnya juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, yang berasal dari “dunia Atas”. Ia akan bersemayam pada orang-orang terpilih yang mendapat “wahyu junjung derajat” untuk menyandang posisi sebagai pemimpin. Tetapi manakala ia mengangkangi titah amanah yang diberikan, maka mandat yang diterimanya bisa ditarik kembali, “wahyu” yang diterimanya sirna ilang kertaning bumi, menghilang dari pangkuannya, sebagaimana ditemui di kisah dunia pewayangan “Petruk Dadi Ratu”. Itulah hukum alam.

Benarkah Ratu Adil segera datang menampakkan diri? Atau ia sedang dipingit? Siapa sejatinya Ratu Adil? Jawaban atas pertanyaan ini memang selalu ditunggu di setiap perbincangan amenangi zaman edan, siapa sejatinya Ratu Adil yang ditunggu kedatangannya?

Lewat buku “Ngaji Deling – Ratu Adil”, pembaca akan diajak membaca bahasa tanda dan makna simbolik ragam bambu unik dari tersurat sampai tersirat yang tersembunyi di dalamnya, siapa sejatinya Ratu Adil.

Lewat kitab tanpo waton ora tinulis ning iso diwoco, pembaca akan diajak membaca simbolisasi ayat-ayat pusaka alam bambu unik, serta makna simboliknya. Disebut sebagai pusaka alam, ia mawujud bukan hasil rekayasa kerajinan tangan manusia. Ia mawujud langsung dari alam yang memanifestasikan diri dalam simbol-simbol khusus yang membawa pesan-pesan alam yang tersembunyi di dalamnya untuk dibaca manusia.

Di sini kita juga diajak: ngaji rasa, ngaji diri. Sekaligus juga diajak “Ngaji Deling” untuk senantiasa kandhel eling marang sing peparing; ngaji sangkan paraning dumadi, yang akan membawa pada “Kesadaran Ilahiyah”, dengan kata lain membawa kita memasuki dimensi “Transendensi”. Pada dimensi “Transendensi” inilah yang dalam alam sufisme Ibn ‘Arabi, manusia bukan saja diajak “dialogis” dengan dimensi kosmologis, juga mengalami perjumpaan dengan dimensi teofani, yang disebutnya sebagai “imajinasi kreatif”.

Oleh filsuf eksistensialis Karl Jaspers, “Transendensi” adalah nama untuk keilahian yang tersembunyi diwujudkan dalam chiffer-chiffer yang berarti “tanda rahasia” berupa simbol-simbol yang masih diselimuti misteri. Ia tersembunyi, sehingga banyak jawaban yang harus dicari sendiri.

Manusia tidak akan mampu menjangkau membuka tabir rahasia misteri alam semesta, selain mentafakuri. Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik, setidaknya semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban atas kebesaran Tuhan Semesta Alam. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasa-Nya.

Sebagaimana disebutkan kekuasaan itu universum, ia hadir tidak sekedar sebagai legitimasi politis, juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, yang berasal dari “dunia Atas”.

Semoga buku ini memberi pencerahan bagi calon atau para pemimpin, sebagai bekal ngaji rasa, ngaji diri, untuk disebut sejatinya pemimpin “Ratu Adil”. Siapa pun itu pemimpinnya. 

Jumat, 05 Januari 2018

Ngaji Deling... Ngaji Roso... Ngaji Diri...!!!


Mbolang itu sejatinya mengenal diri kita sendiri, kita menyelam dalam lautanNya yang maha luas. Asal saat mbolang kita tepiskan semua hawa nafsu berhala dalam diri, bahkan kita NOL-kan diri ini bukan siapa-siapa. 
“Saat mbolang kita harus mawas diri. Harus selalu ingat dan waspada. Selalu dzikir khoffi, ingat padaNya,” kata pengaji pring-deling ustad Agus Syarif Hidayat (ASH), yang juga anggota Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN). 
AdSense
Ads

Gallery III

Gallery III