Cari Blog Ini

Jumat, 03 Mei 2024

Ngaji Deling, Ngaji Diri, Ngaji Sangkan Paraning Dumadi

Dalam khasanah budaya Jawa, ngaji deling (bambu unik) inipun oleh leluhur nenek moyang dipakai sebagai pedoman atau sarana ajaran budi pekerti sebagai kitab nyoto seng alami sejareno laku urip, kitab nyata yang alami sebagai pedoman hidup, sebagai sarana pedoman ajaran budi pekerti. Kendati itu hanya dari perupaan wujud sepotong bambu unik. Di sini kita diajak membaca, menafsir, menterjemahkan dan memaknai apa yang tersurat dan tersirat di balik spesifikasi keunikan makna simbolik bahasa tanda tersebut. Dari makna simbolik atau bahasa tanda yang mawujud berupa ayat-ayat yang ada di bambu unik, kita diajak membaca apa yang tak tertulis tapi bisa dibaca dari ragam makna yang tersurat sampai tersirat sesuai takaran masing-masing. Yang mana semua ini dapat dirasakan dari “getaran rasa” energi kosmologi yang meruang-lingkupi yang ada di simbolisasi, makna simbolik atau bahasa tanda simbolis bambu unik tersebut. Inti ngaji deling juga tidak sekedar membaca uniknya bambu unik, sekaligus juga mengajak manusia pada pengembaraan spiritual dalam hubungannya manusia sebagai jagad cilik (mikrokosmos) dan alam semesta sebagai jagad gede (makrokosmos) lewat ngaji bahasa deling. Begitupun lewat “ngaji deling” kitab tanpo waton ora tinulis ning iso diwoco, tidak sekedar mengajak kita: ngaji rasa, ngaji diri. Dalam hal ini sekaligus membangunkan kesadaran kita “membaca diri” agar lebih baik lagi dalam menapaki hidup dan kehidupan. Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik, setidaknya semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban atas kebesaran Tuhan Semesta Alam. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasa-Nya. Manusia tak akan mampu sepenuhnya menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi setidaknya di sini manusia selain diajak mentafakuri atas kebesaran Sanghyang Khaliq, juga bagaimana mengenalinya lewat perupaan aneka ciptaan-Nya. Lewat tanda-tanda kebesaran alam setidaknya akan semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban kita akan kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai Sang Maha Pencipta. Lewat ngaji deling ini pula mengajak kita untuk senantiasa kandel eling marang Sing Peparing, senantiasa ingat kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pemberi.

Senin, 29 April 2024

Bambu Unik "Pecut Sapu Jagat"

Selain memiliki nilai artistik sebagai karya seni alami, ada pula yang meyakini bahwa bambu-bambu unik ini memiliki tuah atau energi bawaan alami. Sudah tentu semua ini atau keyakinan ini dikembalikan lagi kepada masing-masing individu. Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik, setidaknya semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban atas kebesaran Tuhan Semesta Alam. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasa-Nya. Manusia tak akan mampu sepenuhnya menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi setidaknya di sini manusia selain diajak mentafakuri atas kebesaran Sanghyang Khaliq, juga bagaimana mengenalinya lewat perupaan aneka ciptaan-Nya. Lewat tanda-tanda kebesaran alam setidaknya akan semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban kita akan kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai Sang Maha Pencipta.

Minggu, 28 April 2024

Bambu Kurung

Bambu Kurung (Foto / Koleksi Alex Palit)

Bambu Ruas Lilit Sambung Rasa

Filosofis ruas lilit merupakan simbol pengikat menyatunya sambung rasa antara ruas yang satu dengan lainnya yang terhubung atau terkoneksi dalam raga batang utama.

Sabtu, 27 April 2024

Bambu Tembus Kumbang

Believe it or not! Inilah uniknya bambu unik. Di antara rupa-rupa jenis bambu unik, salah satunya yaitu bambu unik berlubang tembus yang dilubangi oleh kumbang. Saya sendiri tidak tahu buat apa melubangi bambu. Entahlah, apa itu buat rumah, tempat ngumpet untuk kawin atau bertelor, sekali lagi saya tidak tahu. Yang pasti untuk membuat lubang pada bambu apalagi sampai tembus perlu kerja keras yang bisa memakan waktu berhari-hari. Dalam tataran pemburu bambu unik dan langka, salah satu keunikan jenis bambu berlubang tembus ini yaitu ada yang menyakini bisa digunakan sebagai jimat keberuntungan dalam berjudi, main judi dadu kopyok. Atau juga bisa digunakan sebagai jimat keberuntungan untuk jenis permainan judi lainnya, selain dadu kopyok. Selain bambu pethuk, bambu buta, bambu cabang lima, jenis bambu lubang tembus oleh kumbang ini sering ditanya orang. Dan katanya bambu ini untuk berjudi bambu. Soal kebenaran saya sendiri belum pernah sekalipun mencobanya. Saya sendiri juga tidak tahu apakah sebelum digunakan untuk beraksi ada bacaan mantranya, atau memang sudah bawaan secara alami jadi tidak perlu pakai mantra segala bahwa bambu ini punya manfaat sebagai jimat keberuntungan dalam berjudi. Semua itu rahasia alam yang kadang manusia tak kuasa memecahkan misteri di balik rahasia alam tersebut. Nyatanya bambu berlubang tembus yang dilubangi kumbang ini diyakini bisa dipakai sebagai jimat keberuntungan dalam berjudi.

Bambu Unik Yin-Yang 2 Sap

Seperti halnya pada bambu unik ruas lilit “Yin-Yang” ini. Di mana bambu “Yin-Yang” ini disimbolisasikan sebagai perpaduan (sinergi) energi dalam tubuh manusia dengan alam. Yin-Yang, atau Yin dan Yang adalah konsep dalam falsafah Tionghoa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun keseimbangan satu sama lain. Di mana disebutkan Yin itu negatif, Yang itu positif. Sebagaimana dalam kehidupan, di dalam kehidupan pasti ada baik dan buruk, yang mana bisa pula diartikan energi luar dalam, sebaik-baiknya manusia pasti ada 1 titik sifat jahat, sejahat-jahatnya orang pasti ada 1 titik kebaikan.

Bambu Ruas Lilit Sambung Rasa

Dikatakan “Ruas Lilit Sambung Rasa”, di mana alur garis ruasnya terhubung dan tersambung mengitari atau melilit sampai ke beberapa ruas, lebih dari dua ruas, sehingga menyerupai lilitan selendang. Di sini filosofis ruas lilit merupakan simbol pengikat menyatunya sambung rasa antara ruas yang satu dengan lainnya yang terhubung atau terkoneksi dalam raga batang utama.

Bambu Dampit

Selain memiliki cita rasa artistik yang terbentuk secara alami, di kalangan pengaji deling, bambu dampit ini dimaknai sebagai simbolisasi keharmonisan pasangan dwitunggal lambang keharmonisan.

Minggu, 21 April 2024

Inilah Aslinya Jimat Pusaka Alam “Kalimasada” Simbolisme Semesta Wahyu Cakraningrat

Di sini saya tidak ingin mengomentari manuver politik “Kelompok Relawan Gerakan 08” yang mengaku pendukung Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka berencana mendatangkan paranormal dalam aksi damai di depan Kantor Mahkamah Konstitusi, (19/4). Dalam jumpa persnya, Ketua Relawan Gerakan 08, Revitriyoso Husodo, menyebut Prabowo – Gibran telah mendapat yang dalam cerita perwayangan dikenal sebagai wahyu cakraningrat. “Prabowo-Gibran telah menerima wahyu itu dan dikehendaki untuk memimpin Indonesia,” ujarnya. Sayangnya, Revi tidak menjelaskan secara rinci rupa wahyu cakraningrat yang sering disebut di cerita perwayangan. Adapun salah satu wujud jimat atau pusaka tersebut bernama Kalimasada. Di mana Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa (alias Yudistira), pemimpin para Pandawa. Pusaka Kalimasada ini merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, pusaka Kalimasada menempati peringkat utama. Dan, dalam kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Dalam cerita pedalangan lakon “Petruk Dadi Ratu”. Di mana dalam kisah tersebut diceritakan, karena hasrat berkuasa yang tak terkendali untuk menjadi seorang seorang raja, Petruk yang sejatinya punakawan, kemudian mencuri pusaka Kalimasada. Setelah berhasil mencuri pusaka Kalimasada yang bukan haknya kuasa menjadi raja, ternyata “Petruk Dadi Ratu” mabuk kepayang oleh kekuasaan, lupa diri sejati dirinya, dan menjalankan pemerintahan abuse of power. Sebetulnya saya tidak ingin menuliskan ini, lantaran jimat pusaka “Kalimasada” ini rahasia semesta berupa ayat-ayat kauniyah bambu unik sebagai pusaka alam, simbolisme semesta wahyu cakraningrat. Dalam kosmologi Jawa dikatakan bahwa kekuasaan itu universum, dalam artian bahwa kekuasaan tidak lepas atau tidak bisa dipisahkan campur tangan alam semesta, dan menjadikan bahwa kekuasaan itu hadir sebagai sesuatu yang agung dan sakral. Sebagaimana ditemui dalam kosmologi budaya Jawa, bahwa kekuasaan itu tidak sekedar sebagai sebuah legitimasi politis, di dalamnya juga melekat sesuatu yang agung, mulia, keramat, sakral, dan mengandung dimensi metafisis yang berasal dari "dunia Atas" yang sering ditafsirkan sebagai pulung atau wahyu cakraningrat. Manusia tak akan mampu sepenuhnya menjangkau membuka tabir misteri Dzat Allah, tapi setidaknya di sini manusia selain diajak mentafakuri atas kebesaran Sanghyang Khaliq, lewat perupaan aneka ciptaan-Nya, seperti halnya pada bambu unik “Kalimasada”. Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik, setidaknya semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban atas kebesaran Sanghyang Kaliq, Tuhan Semesta Alam. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasa-Nya.Semoga pulung atau wahyu cakraningrat berikutnya berupa pusaka Kalimasada akan berada di tangan “tuannya”, sosok pemimpin yang tepat, satrio pinilih prabowo notonegoro.

Yuk Ngaji Pusaka Alam Bambu Unik “Kalimasada” Sebagai Pesan Semesta Ayat-Ayat Kauniyah

Dalam khasanah pengaji deling (bambu unik) Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), yang dimaksud “ngaji deling” adalah membaca apa yang tersurat dan tersirat di balik simbolisasi keunikan bambu unik Dari simbolisasi bahasa tanda, kita diajak membaca, menterjemahkan dan memberi arti dari makna pesan yang tersembunyi didalamnya, Lewat kitab tanpo waton ora tinulis ning iso diwoco, kitab tak tertulis tapi bisa dibaca, kita diajak membaca simbolisasi ayat-ayat alam bambu unik, serta makna simboliknya sebagai ayat-ayat kauniyah. Pusaka Alam Disebut sebagai pusaka alam, ia mawujud bukan hasil rekayasa kerajinan tangan manusia. Ia mawujud langsung dari alam yang memanifestasikan diri dalam simbol-simbol khusus yang membawa pesan-pesan alam yang tersembunyi di dalamnya untuk dibaca manusia. Di sini kita juga diajak: ngaji rasa, ngaji diri. Sekaligus kita juga diajak memasuki dimensi “Kesadaran Ilahiyah”, atau dengan kata lain membawa kita memasuki dimensi “Transendensi”. Pada dimensi “Transendensi”, menurut sufisme Ibn ‘Arabi, manusia bukan saja diajak “dialogis” dengan dimensi kosmologis, juga mengalami perjumpaan dengan dimensi teofani, yang disebutnya sebagai “imajinasi kreatif”. Sedang oleh filsuf eksistensialis Karl Jaspers, “Transendensi” adalah nama untuk keilahian yang tersembunyi diwujudkan dalam chiffer-chiffer yang berarti “tanda rahasia” berupa simbol-simbol yang masih diselimuti misteri. Ayat-Ayat Kauniyah Sebagai ayat-ayat kauniyah, ia tersembunyi, sehingga banyak jawaban yang harus dicari sendiri. Walau kita sebagai manusia tidak akan mampu menjangkau membuka keseluruhan tabir rahasia misteri alam semesta, tapi setidaknya dengan “Kesadaran Ilahiyah”, di sini kita diajak mentafakuri. Kalimasada Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu, setidaknya kita diajak membaca simbolisme yang terirat dan tersirat sebagai pesan semesta ayat-ayat kauniyah “Kalimasada”. Lewat tanda-tanda kebesaran alam, walau hanya dari sepotong bambu unik “Kalimasada”, setidaknya semakin menebalkan keimanan dan ketakjuban atas kebesaran Sanghyang Khaliq, Tuhan Semesta Alam. Di sini lewat bahasa tanda “Kalimasada”, kita diajak membaca bambu mengungkap makna apa yang tersurat dan tersirat didalamnya. Tak ada yang tak ada atas kehendak kuasa-Nya.

Sabtu, 20 April 2024

Eling Lan Waspada

Disebutkan, di amenangi zaman edan diantaranya ditandai akeh janji ora ditetepi, akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe – banyak janji tidak ditepati, bahkan berani melanggar sumpahnya sendiri. Salah satunya juga ditandai terkuaknya sing becik ketitik sing ala ketara, orang baik akan tampak, orang jahat akan terungkap segala kejahatannya sebagai karma atas perbuatannya. Wis wolak-walike zaman, serba menjadi terbalik. Termasuk terjadinya kontradiksinya, mereka yang berjuang dalam membela hak-hak orang banyak lantaran adanya ketidakadilan dibungkam, malah dikriminalisasi. Di tengah kebimbangan manusia di zaman serba tidak karuan dan tidak menentu, menganjurkan agar manusia mengheningkan diri di hadapan Tuhan, berserah kepada-Nya dan memohon belas kasihan-Nya, agar bisa tersingkir dari percobaan Zaman Edan. Sikap eling lan waspada kiranya perlu dipahami dalam konteks tersebut. Eling lan waspada itu bukanlah pertama-tama merupakan sikap moral atau sosial, melainkan suatu sikap religius. Sikap eling mengajari manusia bahwa jati dirinya adalah makhluk spiritual, dan mendorong untuk selalu berpegang pada spiritualitas yang tidak lain adalah inti dirinya yang terdalam. Sikap waspada mengingatkan bahwa dorongan nafsu ke arah pinggir lingkar eksistensi selalu ada di setiap sudut kehidupan, sehingga kewaspadaan harus tetap dijaga. Semoga di tengah amenangi zaman edan, kita tetap menjadi pribadi-pribadi yang waras, tidak gagal paham, tidak ikut-ikutan sinting, selalu ingat dan waspada. Sak beja bejane wong kang lali / Isih beja wong kang eling lan waspada

Pada Suatu Masa di Zaman Edan

Pada suatu masa, entah itu kemarin, konon di masa lalu, esok, atau malah saat ini, hari ini. Adalah sebuah kewajaran, manakala “pada suatu masa” ditenggarai mengalami krisis Zaman Edan, bila kemudian rakyat mendambakan munculnya sosok Satria Piningit, Satria Pinilih yang akan menjadi Satrio Pinilih Notonegoro sebagai Ratu Adil, pemimpin yang adil, Kepemimpinan Ratu Adil ini diharapkan akan membawa perubahan kehidupan lebih baik, keluar dari krisis dan kemelut yang ada, keluar dari zaman kalabendu menuju zaman kalasuba, zaman ke-emasan Nusantara. Setiap perbincangan menyoal apa dan siapa Satria Piningit, Satria Pinilih atau Ratu Adil, salah satunya akan merujuk pada hermeneutik ramalan Jangka Jayabaya yang secara referensial terhubung dengan gonjang-ganjing Zaman Edan. Sebagaimana disebutkan di Zaman Edan – Jangka Jayabaya bahwa akan datang satu masa yang antara lain ditandai terjadinya krisis multidimensional, termasuk krisis kepemimpinan. Ratu ora netepi janji / Akeh janji ora ditetepi / Ratu ora adil / Nrajang sumpahe dhewe Pada masa itu akan diwarnai, salah satunya yaitu rakyat mengalami distrust terhadap pemimpinnya yang berbuntut terjadinya krisis kepemimpinan. Pada saat itu pula, rakyat mengalami krisis legitimasi sehingga untuk mengatasi jalannya hidupnya, ia mengambil jalan keluar dengan logika sendirinya, termasuk mencari pembenaran atas nama subjektivitas logikanya sendiri. Karena rakyat sudah mengalami jalan buntu, mentok, kehilangan arah, apatis, tidak tahu apa yang harus diperbuat lantaran sudah frustrasi dengan kondisi yang ada. Kecuali hanya bisa menggerutu dan menggerutu untuk mengeluarkan uneg-uneg yang terpendam. Di tengah menyeruaknya Zaman Edan adalah sebuah keniscayaan bila kemudian rakyat merindukan datangnya sosok pemimpin ideal yang didambahkan yaitu Ratu Adil, pemimpin yang adil, arif dan bijaksana sebagai Satrio Pinilih Prabowo Notonegoro. Semoga!
AdSense
Ads

Gallery III

Gallery III