Lalu,
saya pun mengantongi bambu sepanjang 9 cm tersebut. Terserah apakah bambu yang
saya anggap unik dan langka ini juga disebut bambu pethuk atau bukan, atau
apakah bambu ini ada khodamnya atau tidak, bukan untuk dipermasalahkan, apalagi
kemudian secara serta-merta menuding bahwa ini sudah menjurus musyrik.
Begitu
pula, apakah bambu pethuk itu bentuknya harus begini dan bukan begitu, dan
kalau dites begini dan begitu, saya pun tidak ambil pusing dengan semua itu.
Karena buat saya, bambu tetaplah bambu dengan segala keunikannya.
Beruntung
di Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) ada anggotanya yang punya
kemampuan indera terawang melihat grafik gelombang energi (GGE) bambu, apakah
netral, positif atau negatif.
Seperti
komentarnya menyebutkan bahwa bambu ini memiliki GGE netral positif yang kuat,
yang mampu meredam GGE negatif. Sifat GGE netral berarti menunjukkan bahwa
barang ini “aman” untuk manusia, berenergi positif.
Mari
kita maknai bambu-bambu unik dan langka ini tidak lebih sebagai tanda-tanda
kebesaran alam dan bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta.
Sehebat
apapun manusia tidak akan mampu menjangkau, membuka dan memecahkan semua tabir
misteri kehidupan alam, justru marilah kita bertafakur merenungkan akan
kebesaran Sang Pencipta dan alam ciptaan-Nya.
Justru
lewat tanda-tanda kebesaran alam ini akan membuat kita semakin takjub dan
semakin menebalkan iman kita akan kebesaran dan kuasa Allah Semesta Alam.
Kunfayakun,
tak ada yang tak ada atas segala kehendak dan kuasaNya, kendati itu datangnya
hanya dari sebatang, sepotong atau seruas bambu.
* Alex Palit, citizen jurnalis,
kolektor bambu unik dan langka, admin grup fb “Komunitas Pecinta Bambu Unik
Nusantara” (KPBUN)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar