Tribunnews.com - Selasa, 22 Januari 2013
TRIBUNNEWS.COM - Bambu
ini ada khodamnya, katanya beberapa saat kemudian, begitu melihat dan
memegang bambu yang saya sodorkan. “Ini bambu pethuk. Simpan saja,
bawaan bambu ini energinya positif” lanjutnya sambil menyerahkan kembali
kepada saya setelah secara seksama memperhatikan bambu tersebut. Lalu,
saya pun mengantongi bambu sepanjang 9 cm tersebut.
Apakah bambu
ini masuk atau tidak dalam daftar kriteria spesifikasi bambu pethuk yang
diburu pencari bambu pethuk yang terlanjur keblinger, saya pun tidak
peduli dengan semua itu.
Terserah apakah bambu yang saya anggap
unik dan langka ini juga disebut bambu pethuk atau bukan, atau apakah
bambu ini ada khodamnya atau tidak, bukan untuk dipermasalahkan, apalagi
kemudian secara serta-merta menuding bahwa ini sudah menjurus musyrik.
Begitu
pula, apakah bambu pethuk itu bentuknya harus begini dan bukan begitu,
dan kalau dites bisa ini dan bisa itu, dan terserah sebisa-bisanya mau
ngecap apa saja, saya pun tidak ambil pusing dengan semua itu. Karena
buat saya, bambu tetaplah bambu dengan segala keunikannya. Unik dan
langka.
Mari kita maknai bambu-bambu unik dan langka ini tidak
lebih sebagai tanda-tanda kebesaran alam dan bukti-bukti kebesaran Sang
Pencipta. Sehebat apapun manusia tidak akan mampu menjangkau, membuka
dan memecahkan semua tabir misteri kehidupan alam, justru marilah kita
bertafakur merenungkan akan kebesaran Sang Pencipta dan alam
ciptaan-Nya. Justru lewat tanda-tanda kebesaran alam ini akan membuat
kita semakin takjub dan semakin menebalkan iman kita akan kebesaran dan
kuasa Allah Semesta Alam. Kunfayakun, tak ada yang tak ada atas segala
kehendak dan kuasaNya, kendati itu hanya sebuah sebatang atau seruas
bambu.
Alex Palit, citizen jurnalis ‘Jaringan Pewarta
Independen’, penyuka bambu unik & langka; Galeri Bambu ‘Amanah’
(galeribambu-amanah.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar